Beranda | Artikel
Ikutilah Keburukan dengan Kebaikan
Jumat, 30 Desember 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Anas Burhanuddin

Ikutilah Keburukan dengan Kebaikan merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, M.A. dalam pembahasan Wasiat Sughra Ibnu Taimiyah. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 3 Jumadil Akhir 1444 H / 27 Desember 2022 M.

Kajian Tentang Ikutilah Keburukan dengan Kebaikan

Pada pertemuan sebelumnya telah kita kaji bersama tentang dua sifat yang diingatkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk jangan sampai kita ikuti. Yaitu:

  1. Sifat orang-orang yang dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala karena memiliki ilmu tapi tidak mengamalkannya.
  2. Sifat orang-orang tersesat yang mereka semangat mengamalkan agama tapi tanpa didasari oleh ilmu yang memadai.

Ini adalah dua sifat yang disinggung oleh Sufyan bin Uyainah Rahimahullahu Ta’ala dalam perkataan beliau:

من فسد من علمائنا ففيه شبه من اليهود، ومن فسد من عبادنا ففيه شبه من النصارى

“Orang-orang yang rusak dari kalangan ulama-ulama umat Islam, mereka serupa dengan orang-orang Yahudi (yang disifati oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai orang-orang yang dimurkai oleh Allah ‘Azza wa Jalla). Dan barangsiapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita, maka dia memiliki keserupaan dengan orang-orang Nasrani (yang disifati oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam orang-orang yang sesat karena mereka semangat beramal tanpa didasari oleh ilmu yang memadai).”

Dua sifat ini adalah dua sifat yang kita diingatkan untuk jangan sampai jatuh kedalamnya. Kita diwanti-wanti untuk waspada dengan dua sifat ini. Maka jalan umat Islam adalah jalan orang-orang yang diberikan nikmat oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka adalah yang menggabungkan kebaikan yang dimiliki oleh dua kelompok yang lain dan meninggalkan dua keburukan yang dimiliki oleh mereka.

Orang-orang Yahudi disifati memiliki ilmu tapi tidak mengamalkannya. Maka kita mengambil yang baik, yaitu sifat ilmunya. Sedangkan orang-orang Nasrani disifati sebagai rajin beramal tapi tanpa dasar ilmu yang memadai. Maka di sini kita mengambil sifat yang baik, yaitu mengamalkan ilmu. Maka umat Islam hendaknya memiliki ilmu yang memadai dalam agama mereka, paling tidak yang wajib-wajib. Kemudian setelah memiliki ilmu mereka mengamalkannya.

Kalau kita menilik kepada diri kita masing-masing, maka kita akan dapatkan bahwasanya kita memiliki dosa-dosa dan maksiat yang berhubungan dengan dua hal ini.

Kalau kita mengetahui bahwasanya kondisinya seperti itu, maka hal yang paling bermanfaat yang perlu diketahui oleh orang-orang awam maupun orang-orang khusus dari kalangan umat Islam adalah hal-hal apa saja yang bisa melepaskan jiwa mereka dari keteledoran-keteledoran ini. Dan kuncinya adalah mengikuti keburukan dengan kebaikan. Yakni kapan kita jatuh dalam keburukan kita segera bangkit, ikuti dengan kebaikan-kebaikan. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits:

وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا

“Dan ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya kebaikan akan menutup keburukan.” (HR. Tirmidzi)

Kemudian beliau menjelaskan yang dimaksud dengan kebaikan. Kebaikan adalah semua apa yang Allah anjurkan dan telah dijelaskan oleh lisan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Rasul yang terakhir. Baik berupa amalan-amalan, akhlak-akhlak, maupun sifat-sifat.

Di sini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menambahkan faedah bahwasanya penghapus dosa berupa kebaikan-kebaikan tidak hanya berupa amalan-amalan yang sudah kita bahas pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Tidak hanya taubat, atau istighfar tanpa taubat, atau amalan-amalan shalih (baik yang mutlak maupun yang sudah ditentukan). Tapi juga berupa akhlak (sifat-sifat dan perangai yang baik) yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Misalnya berupa kejujuran, ini adalah termasuk akhlakul karimah.

Misalnya saat kita jatuh dalam dosa, kemudian kita niatkan dalam diri kita bahwasanya hari itu kita akan berkata jujur, kita berkomitmen untuk tidak bohong. Apalagi kalau misalnya maksiat sebelumnya adalah berupa dusta. Kemudian kita sadar bahwasanya itu tidak boleh dan itu adalah kepalanya dosa-dosa. Maka kita segera berkomitmen untuk berkata jujur. Dengan begitu berarti kita sudah mengikuti keburukan dengan kebaikan.

Misalnya juga berupa amanah dalam menjalankan tugas yang diberikan kepada kita. Kita jatuh dalam sebuah dosa atau maksiat ini, maka kita bisa menghapus dosa itu dengan komitmen untuk menjalankan amanah yang dibebankan.

Misalnya sebagai seorang guru, maka kita tunaikan kewajiban kita sebagai guru. Atau yang bekerja di instansi pemerintah, maka Anda menjalankan tugas anda di instansi pemerintah itu. Jaga waktu, tunaikan tugas dengan baik, kerjakan beban-beban tugas di kantor dengan penuh kesadaran, tunaikan amanat.

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا…

“Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada kalian untuk menunaikan amanat kepada orang yang berhak atasnya.” (QS. An-Nisa`[4]: 58)

Maka amal shalih tidak hanya berupa shalat, puasa dan haji. Tapi bisa berupa komitmen untuk menjalankan amanah dan tugas yang kita emban.

Seorang polisi yang ditugaskan untuk menjaga lalu lintas atau menjaga keamanan, kemudian dia menunaikan tugasnya (karena dia digaji karena tugas-tugas tersebut), maka dia harus menunaikan tugasnya dengan baik. Maka saat dia jatuh dalam suatu maksiat, dia bisa menghapuskan dosanya dengan komitmen untuk menjalankan amanah dengan baik.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian Penggugur Dosa dan Kesalahan


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52568-ikutilah-keburukan-dengan-kebaikan/